Senin, 18 November 2013

Pola Pikir Sarjana Muda dan Peran Orang Tua

Bismillah..
Kali ini saya coba nulis tentang pola pikir sarjana muda dan peran orang tua berdasarkan sudut pandang serta pengalaman yang saya rasakan. Berbekal pengetahuan yang sedikit saya coba beberkan kata demi kata. Beberapa tulisan saya buat dengan font yang berbeda agar tidak bosan saat membaca. Berikut tulisan yang sederhana itu.

Memilih bidang yang tepat saat kuliah dan peran orang tua
 Pendidikan sarjana bukan barang asing bagi penduduk Indonesia saat ini, dimanapun dapat kita jumpai universitas negeri maupun swasta. Kesadaran masyarakat tetang pentingnya pendidikan pun mulai terlihat. Orang tua menginginkan anaknya minimal memiliki gelar sarjana alih-alih mendapatkan pekerjaan lebih mudah. Bagi yang ekonominya pas-pasan coba mencari nafkah lebih demi impian masa depan si anak cerah , demikian pula dengan anak yang bermimpi akan kuliah di universitas dambaannya.
         Saat hari kelulusan tiba tak jarang siswa/i SMA/SMK masih belum memiliki minat akan mengambil jurusan apa saat kuliah nanti. Beberapa dari mereka dipaksa untuk kuliah dibidang tertentu oleh orang tua, sebagian lagi melihat kemungkinan akan mudah mendapatkan pekerjaan bila berkuliah dibidang yang langka lulusannya, yang lebih tragis ada sebagian orang lebih melihat trend dibidang tertentu pada saat akan berkuliah. Ironi sekali saat seseorang akan belajar rata-rata selama 4 tahun disatu bidang yang bukan minatnya. Bisa kita pastikan mereka akan kewalahan saat mengikuti perkuliahan karena suatu waktu akan bosan dan berujung drop-out.
       Sebagai orang tua yang baik sudah seharusnya mendukung kemauan anak dengan materi dan motivasi-motivasi agar sianak lebih terpacu untuk menyelesaiakan kuliah dengan sebaik-baiknya. Saat masih berkuliah saya dan teman-teman merasakan bagaimana orang tua dengan mudahnya memberikan uang bulanan untuk keperluan sehari-hari bahkan keperluan mendadak yang jumlahnya besar dengan harapan agar kita fokus untuk belajar tanpa memikirkan keuangan. Untungnya saya sadar, untuk memberikan uang dengan mudah bukan berarti orang tua memiliki banyak uang, tetapi mereka telah memanajemen uang pengeluaran rumah tangga dengan sangat hemat untuk disisihkan buat pendidikan kita. Realita ini terjadi pada orang tua saya yang berprofesi sebagai PNS dengan pendapatan cukup, tetapi berbeda bagi yang memiliki orang tua kaya raya.
          Memiliki orang tua yang berada lebih memudahkan kita untuk mengenyam pendidikan tanpa memikirkan pengeluaran. Tetapi untuk jaman sekarang uang yang cukup bisa mengantarkan kita lebih dari nominal uang tersebut asal digunakan dengan cermat. Sebagai contoh, pengen beli buku yang mahal tetapi uang pas-pasan? bisa download ebook di internet sebagai alternatif tanpa mengurangi fungsi buku itu sendiri . Atau alternatif lain bisa pinjam di perpustakaan kampus tanpa dikenakan biaya sepersen pun.
     Sebagian orang tua berpikir dengan terpenuhi kebutuhan material anak berarti kewajiban orang tua pun selesai, tanpa berpikir ada yang lebih penting dari itu. Apa yang penting? Kontrol, mengawasi kegiatan anak dari mulai bangun sampai tidur kembali. Poin-poin penting yang harus orang tua ketahui menurut saya yaitu:
1. Jadwal kuliah atau les anak
2. Konsumsi anak sehari-hari
3. Kegiatan anak selain kuliah
4. KHS (kartu hasil studi) anak per semester
5. Nomer HP teman dekat anak
6. Sebagai tambahan, Nomer HP dosen mata kuliah

Ada beberapa poin yang mungkin dianggap sepele, seperti mengetahui jadwal kuliah anak. Orang tua lebih bisa mengontrol anak bila mengetahui kapan jadwal masuk kuliah. Sedikit kemungkinan bila anak coba bolos untuk tidak mengikuti perkuliahan, bila dia coba berbohong bisa menghubungi teman dan dosen bersangkutan. Poin penting lainnya yaitu mengecek secara rutin KHS per semester. Bila anak berkuliah disatu kota tempat orang tua tinggal bisa dengan mudah meminta anak untuk menunjukkan kartu hasil studi (KHS). Bagaimana jika orang tua berada di kota yang berbeda? Jangan puas dan mudah percaya dengan anak hanya lewat telepon atau sekedar berbicara di rumah saat pulang liburan semester. Minta anak untuk menunjukkan kartu hasil studi. Lihat dengan jeli apakah itu KHS asli atau palsu. Anak jaman sekarang super pinter, apapun dibuat plagiat. Lihat dengan cermat apakah ada stempel atau cap universitas. Saya pernah lihat salah satu teman di kampus dengan teganya menipu orang tua pakai kertas KHS yang palsu. Alih-alih mendapatkan pujian dari orang tua karena nilainya bagus, nyatanya nilai mata kuliah palsu yang telah diedit.
     Orang tua sangat berperan dalam suksesnya pendidikan anak dan harus cermat mengawasi kegiatan mereka. Tegas kepada anak jika mereka salah, dan berikan ancaman bila mengulanginya lagi akan menyudahi segala biaya. Evaluasi hasil belajar anak dengan kepala dingin dan buat pembicaraan nyaman saat menasehatinya.

Tujuan seorang lulusan sarjana
Saat Graduation day tiba, seorang sarjana dengan bangga memakai baju toga dan menenteng  ijazah sambil berkata dalam hati “aku seorang sarjana, dengan ijazah ini akan mudah mendapatkan pekerjaan”. Dengan semangat mereka akan melamar kerja disana sini berharap mendapatkan pekerjaan sesuai  keinginan. Bagi sebagian sarjana yang sadar memiliki ilmu pas-pasan mereka hanya bermimpi untuk  menjadi seorang pegawai negeri sipil, walau gaji sedikit tetapi bisa lebih santai. Gaji bulanan sebagai karyawan perusahaan atau pegawai negeri cukup membuat beberapa dari mereka nyaman bahkan sampai pensiun tiba. Mereka tidak berpikir semakin hari kebutuhan keluarga akan meningkat, ditambah keperluan mendadak yang datang tiba-tiba bisa membuat stres bahkan hilang akal. Lingkaran waktu kerja yang terus menerus mereka lewati pergi pagi pulang sore atau bahkan malam tak menyadarkan mereka untuk mencari uang lebih, kalaupun ada cuma ide kosong yang melayang-layang dipikiran tanpa bertindak.

Apa yang salah?
Dinegara maju pola pikir seseorang ingin menjadi pebisnis atau wirausaha, menjadi karyawan hanyalah ajang mencari pengalaman sebelum mereka benar-benar siap terjun ke bisnis. Apalagi pegawai negeri menjadi cita-cita nomer sekian dan biasanya seorang pegawai negeri disana memiliki usaha sampingan. Seharusnya seorang sarjana yang memiliki pengetahuan lebih dibidangnya bisa dengan mudah untuk memulai bisnis dibandingkan seorang tamatan SMA atau SMP. Beberapa tahun mencari pengalaman di perusahaan sudah cukup untuk memulai bisnis di lapangan. Tapi kebanyakan pada masyarakat kita sudah nyaman dengan pekerjaan yang sekarang walau penghasilan pas-pasan, termasuk saya sendiri.
Realita saat ini yang saya lihat khususnya di aceh, tempat saya lahir dan mengenyam pendidikan sangat memprihatinkan. Bagaimana tidak seorang sarjana memiliki cita-cita menjadi seorang PNS, dan saat mereka telah berstatus sebagai PNS sangat sedikit yang mencoba berwirausaha. Sangat sedikit yang memiliki jiwa bisnis, kalau pun ada cuma bisnis coba-coba dan apabila gagal akan trauma seumur hidup. Dulunya saya termasuk salah satu sarjana yang tidak memiliki cita-cita berbisnis, tetapi tidak punya niat untuk menjadi PNS. Alhamdulillah pola pikir saya sudah terbuka untuk berbisnis dan insya allah akan memulainya.
       Saat lulus kuliah dulu saya beranggapan bisnis itu sulit dan tidak aman. Bisnis hanya untuk orang yang berjiwa bisnis, dan saya tidak termasuk dalam golongan itu. Pola pikir saya mulai terbuka saat melihat seorang sarjana ekonomi berbisnis di bidang elektrikal. Abu, sebutan untuk seorang manager sebuah perusahaan kontraktor elektrikal di Meulaboh tempat saya bekerja sekarang. Sebagai seorang lulusan teknik listrik saya sedikit miris dan terkesan dengan Abu yang notabene nya lulusan ekonomi. Bagaimana bisa seorang lulusan ekonomi mengurus perusaan elektrikal. Sekilas kita beranggapan teknis elektrikal cuma dikuasai olah seorang lulusan STM, Ahli Madya dan Sarjana Elektrikal. Riwayat pendidikan Abu bukan lulusan STM, Ahli Madya Elektrikal terlebih Sarjana Elektrikal, tetapi mengerti teknis elektrikal apalagi keuangan perusahaan. Silahkan malu bagi lulusan teknik listrik yang berada di Aceh. Kemana aja anda-anda semua? Peluang bisnis elektrik kok bisa diambil seorang sarjana ekonomi?. Saya wakili jawaban teman-teman sarjana listrik : “kami mau bekerja di perusahaan yang memiliki integritas seperti BUMN bahkan perusahaan luar negeri karena gaji disana besar”. Mungkin itu bisa mewakili jawaban teman-teman yang memiliki visi sama dengan saya.
         Kalau saja teman-teman tahu berapa besar pendapatan untuk seorang owner perusahaan kontraktor mungkin sebagian teman-teman akan tergiur untuk berbisnis dan celakanya ga tau kapan akan dimulai. Masalah modal dan lain2? Teman2 bisa kumpulkan dari sekarang saat teman-teman masih bekerja di perusahaan BUMN kah atau swasta kah, nabung buat buka usaha sendiri. Kira2 modal sudah cukup segeralah mulai. Modal bisa patungan dengan teman lain, dan skill teman2 sendiri pasti lebih mantap dengan segudang pengalaman saat kerja di perusahaan sekarang (bila bidang teman2 sama dengan usaha yg akan dibuka). Semoga lulusan Sarjana di Indonesia khususnya di Aceh mulai berwirausaha mulai dari sekarang.

Sekian tulisan yang semerawut dan mudah2an bermanfaat bagi yang membutuhkan

Wassalam

1 komentar:

Anonim mengatakan...

Videos by youtube - Vimeo
Watch Videos by youtube video. Watch short videos about kali. Learn more about kali. Watch short youtube to mp3 downloader videos about kali. Learn more about kali. kali.

Posting Komentar