Bismillah..
Kali ini saya coba nulis tentang pola pikir sarjana muda dan peran orang tua berdasarkan sudut pandang serta pengalaman yang saya rasakan. Berbekal pengetahuan yang sedikit saya coba beberkan kata demi kata. Beberapa tulisan saya buat dengan font yang berbeda agar tidak bosan saat membaca. Berikut tulisan yang sederhana itu.
Memilih bidang yang tepat saat
kuliah dan peran orang tua
Pendidikan sarjana bukan barang asing bagi penduduk
Indonesia saat ini, dimanapun dapat kita jumpai universitas negeri maupun
swasta. Kesadaran masyarakat tetang pentingnya pendidikan pun mulai terlihat.
Orang tua menginginkan anaknya minimal memiliki gelar sarjana alih-alih mendapatkan
pekerjaan lebih mudah. Bagi yang ekonominya pas-pasan coba mencari nafkah lebih
demi impian masa depan si anak cerah , demikian pula dengan anak yang bermimpi
akan kuliah di universitas dambaannya.
Saat hari kelulusan
tiba tak jarang siswa/i SMA/SMK masih belum memiliki minat akan mengambil
jurusan apa saat kuliah nanti. Beberapa dari mereka dipaksa untuk kuliah dibidang
tertentu oleh orang tua, sebagian lagi melihat kemungkinan akan mudah
mendapatkan pekerjaan bila berkuliah dibidang yang langka lulusannya, yang
lebih tragis ada sebagian orang lebih melihat trend dibidang tertentu pada saat
akan berkuliah. Ironi sekali saat seseorang akan belajar rata-rata selama 4
tahun disatu bidang yang bukan minatnya. Bisa kita pastikan mereka akan
kewalahan saat mengikuti perkuliahan karena suatu waktu akan bosan dan berujung drop-out.
Sebagai orang tua
yang baik sudah seharusnya mendukung kemauan anak dengan materi dan
motivasi-motivasi agar sianak lebih terpacu untuk menyelesaiakan kuliah dengan
sebaik-baiknya. Saat masih berkuliah saya dan teman-teman merasakan bagaimana
orang tua dengan mudahnya memberikan uang bulanan untuk keperluan sehari-hari
bahkan keperluan mendadak yang jumlahnya besar dengan harapan agar kita fokus
untuk belajar tanpa memikirkan keuangan. Untungnya saya sadar, untuk memberikan
uang dengan mudah bukan berarti orang tua memiliki banyak uang, tetapi mereka
telah memanajemen uang pengeluaran rumah tangga dengan sangat hemat untuk
disisihkan buat pendidikan kita. Realita ini terjadi pada orang tua saya yang
berprofesi sebagai PNS dengan pendapatan cukup, tetapi berbeda bagi yang
memiliki orang tua kaya raya.
Memiliki orang
tua yang berada lebih memudahkan kita untuk mengenyam pendidikan tanpa
memikirkan pengeluaran. Tetapi untuk jaman sekarang uang yang cukup bisa
mengantarkan kita lebih dari nominal uang tersebut asal digunakan dengan
cermat. Sebagai contoh, pengen beli buku yang mahal tetapi uang pas-pasan? bisa
download ebook di internet sebagai alternatif tanpa mengurangi fungsi buku itu
sendiri . Atau alternatif lain bisa pinjam di perpustakaan kampus tanpa
dikenakan biaya sepersen pun.
Sebagian orang
tua berpikir dengan terpenuhi kebutuhan material anak berarti kewajiban orang
tua pun selesai, tanpa berpikir ada yang lebih penting dari itu. Apa yang
penting? Kontrol, mengawasi kegiatan anak dari mulai bangun sampai tidur
kembali. Poin-poin penting yang harus orang tua ketahui menurut saya yaitu:
1. Jadwal kuliah atau les anak
2. Konsumsi anak sehari-hari
3. Kegiatan anak
selain kuliah
4. KHS (kartu hasil studi) anak per semester
5. Nomer HP teman dekat
anak
6. Sebagai tambahan, Nomer HP dosen mata kuliah
Ada beberapa poin yang mungkin dianggap sepele, seperti mengetahui
jadwal kuliah anak. Orang tua lebih bisa mengontrol anak bila mengetahui kapan
jadwal masuk kuliah. Sedikit kemungkinan bila anak coba bolos untuk tidak
mengikuti perkuliahan, bila dia coba berbohong bisa menghubungi teman dan dosen
bersangkutan. Poin penting lainnya yaitu mengecek secara rutin KHS per semester.
Bila anak berkuliah disatu kota tempat orang tua tinggal bisa dengan mudah
meminta anak untuk menunjukkan kartu hasil studi (KHS). Bagaimana jika orang
tua berada di kota yang berbeda? Jangan puas dan mudah percaya dengan anak
hanya lewat telepon atau sekedar berbicara di rumah saat pulang liburan
semester. Minta anak untuk menunjukkan kartu hasil studi. Lihat dengan jeli
apakah itu KHS asli atau palsu. Anak jaman sekarang super pinter, apapun dibuat
plagiat. Lihat dengan cermat apakah ada stempel atau cap universitas. Saya
pernah lihat salah satu teman di kampus dengan teganya menipu orang tua pakai kertas
KHS yang palsu. Alih-alih mendapatkan pujian dari orang tua karena nilainya
bagus, nyatanya nilai mata kuliah palsu yang telah diedit.
Orang tua sangat
berperan dalam suksesnya pendidikan anak dan harus cermat mengawasi kegiatan
mereka. Tegas kepada anak jika mereka salah, dan berikan ancaman bila
mengulanginya lagi akan menyudahi segala biaya. Evaluasi hasil belajar anak
dengan kepala dingin dan buat pembicaraan nyaman saat menasehatinya.
Tujuan seorang lulusan sarjana
Saat Graduation day tiba, seorang sarjana dengan
bangga memakai baju toga dan menenteng
ijazah sambil berkata dalam hati “aku seorang sarjana, dengan ijazah ini
akan mudah mendapatkan pekerjaan”. Dengan semangat mereka akan melamar kerja
disana sini berharap mendapatkan pekerjaan sesuai keinginan. Bagi sebagian sarjana yang sadar
memiliki ilmu pas-pasan mereka hanya bermimpi untuk menjadi seorang pegawai negeri sipil, walau
gaji sedikit tetapi bisa lebih santai. Gaji bulanan sebagai karyawan perusahaan
atau pegawai negeri cukup membuat beberapa dari mereka nyaman bahkan sampai
pensiun tiba. Mereka tidak berpikir semakin hari kebutuhan keluarga akan
meningkat, ditambah keperluan mendadak yang datang tiba-tiba bisa membuat stres
bahkan hilang akal. Lingkaran waktu kerja yang terus menerus mereka lewati
pergi pagi pulang sore atau bahkan malam tak menyadarkan mereka untuk mencari
uang lebih, kalaupun ada cuma ide kosong yang melayang-layang dipikiran tanpa
bertindak.
Apa yang salah?
Dinegara maju pola pikir seseorang ingin menjadi pebisnis
atau wirausaha, menjadi karyawan hanyalah ajang mencari pengalaman sebelum
mereka benar-benar siap terjun ke bisnis. Apalagi pegawai negeri menjadi
cita-cita nomer sekian dan biasanya seorang pegawai negeri disana memiliki
usaha sampingan. Seharusnya seorang sarjana yang memiliki pengetahuan lebih dibidangnya bisa dengan mudah untuk memulai bisnis dibandingkan seorang tamatan
SMA atau SMP. Beberapa tahun mencari pengalaman di perusahaan sudah cukup untuk
memulai bisnis di lapangan. Tapi kebanyakan pada masyarakat kita sudah nyaman
dengan pekerjaan yang sekarang walau penghasilan pas-pasan, termasuk saya
sendiri.
Realita saat ini yang saya lihat khususnya di aceh,
tempat saya lahir dan mengenyam pendidikan sangat memprihatinkan. Bagaimana
tidak seorang sarjana memiliki cita-cita menjadi seorang PNS, dan saat mereka
telah berstatus sebagai PNS sangat sedikit yang mencoba berwirausaha. Sangat
sedikit yang memiliki jiwa bisnis, kalau pun ada cuma bisnis coba-coba dan
apabila gagal akan trauma seumur hidup. Dulunya saya termasuk salah satu
sarjana yang tidak memiliki cita-cita berbisnis, tetapi tidak punya niat untuk
menjadi PNS. Alhamdulillah pola pikir saya sudah terbuka untuk berbisnis dan
insya allah akan memulainya.
Saat lulus kuliah
dulu saya beranggapan bisnis itu sulit dan tidak aman. Bisnis hanya untuk orang
yang berjiwa bisnis, dan saya tidak termasuk dalam golongan itu. Pola pikir
saya mulai terbuka saat melihat seorang sarjana ekonomi berbisnis di bidang
elektrikal. Abu, sebutan untuk seorang manager sebuah perusahaan kontraktor
elektrikal di Meulaboh tempat saya bekerja sekarang. Sebagai
seorang lulusan teknik listrik saya sedikit miris dan terkesan dengan Abu yang
notabene nya lulusan ekonomi. Bagaimana bisa seorang lulusan ekonomi mengurus
perusaan elektrikal. Sekilas kita beranggapan teknis elektrikal cuma dikuasai
olah seorang lulusan STM, Ahli Madya dan Sarjana Elektrikal. Riwayat pendidikan
Abu bukan lulusan STM, Ahli Madya Elektrikal terlebih Sarjana Elektrikal,
tetapi mengerti teknis elektrikal apalagi keuangan perusahaan. Silahkan malu
bagi lulusan teknik listrik yang berada di Aceh. Kemana aja anda-anda semua?
Peluang bisnis elektrik kok bisa diambil seorang sarjana ekonomi?. Saya wakili
jawaban teman-teman sarjana listrik : “kami mau bekerja di perusahaan yang
memiliki integritas seperti BUMN bahkan perusahaan luar negeri karena gaji
disana besar”. Mungkin itu bisa mewakili jawaban teman-teman yang memiliki visi
sama dengan saya.
Kalau saja
teman-teman tahu berapa besar pendapatan untuk seorang owner perusahaan
kontraktor mungkin sebagian teman-teman akan tergiur untuk berbisnis dan celakanya
ga tau kapan akan dimulai. Masalah modal dan lain2? Teman2 bisa kumpulkan dari
sekarang saat teman-teman masih bekerja di perusahaan BUMN kah atau swasta kah,
nabung buat buka usaha sendiri. Kira2 modal sudah cukup segeralah mulai. Modal
bisa patungan dengan teman lain, dan skill teman2 sendiri pasti lebih mantap
dengan segudang pengalaman saat kerja di perusahaan sekarang (bila bidang
teman2 sama dengan usaha yg akan dibuka). Semoga lulusan Sarjana di Indonesia
khususnya di Aceh mulai berwirausaha mulai dari sekarang.
Sekian tulisan yang semerawut dan mudah2an bermanfaat bagi yang
membutuhkan
Wassalam
1 komentar:
Videos by youtube - Vimeo
Watch Videos by youtube video. Watch short videos about kali. Learn more about kali. Watch short youtube to mp3 downloader videos about kali. Learn more about kali. kali.
Posting Komentar